Pada masa pra-kolonial, Batam masih merupakan hutan belantara yang nyaris tanpa kehidupan. Namun, pulau ini sudah dihuni sejak tahun 231 Masehi oleh orang Melayu yang berprofesi sebagai penangkap ikan dan petani. Nama “Batam” sendiri berasal dari kata “Batang”, yang merupakan nama pohon yang banyak tumbuh di pulau ini.
Sejarah Batam semakin menarik ketika Laksamana Hang Nadim, putra dari Sultan Mahmud Syah, melawan penjajah Portugis pada abad ke-16. Ia berhasil mengusir Portugis dari Malaka dan mendirikan Kerajaan Johor. Hang Nadim juga membangun benteng pertahanan di Pulau Batam, yang kini dikenal sebagai Benteng Bukit Senyum.
Pada masa kolonial, Belanda sangat tertarik dengan Pulau Batam karena letaknya yang strategis di jalur perdagangan antara Eropa dan Asia. Mereka membangun berbagai fasilitas di pulau ini, seperti pelabuhan, gudang, rumah sakit, dan sekolah. Belanda juga membuka perkebunan karet, kelapa, dan lada di pulau ini.
Selama Perang Dunia II, Jepang menduduki Pulau Batam dan memanfaatkannya sebagai basis militer untuk menyerang Singapura dan Malaya. Jepang juga membangun lapangan terbang di pulau ini, yang kini menjadi Bandar Udara Internasional Hang Nadim.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Pulau Batam menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1970-an, pulau ini mulai dikembangkan sebagai basis logistik dan operasional untuk industri minyak dan gas bumi oleh Pertamina. Kemudian, pembangunan Batam dipercayakan kepada Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) untuk mengembangkan pulau ini menjadi kawasan industri dan perdagangan yang kompetitif.
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pengembangan Batam, berbagai infrastruktur modern dibangun di pulau ini. Salah satunya adalah Jembatan Barelang, yang menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Rempang dan Pulau Galang serta pulau-pulau kecil lainnya di sekitarnya. Jembatan ini memiliki panjang total 2.071 meter dan terdiri dari enam jembatan dengan desain yang berbeda-beda.
Selain itu, Bandar Udara Internasional Hang Nadim juga dibangun di Pulau Batam. Bandar udara ini merupakan yang terbesar di Kepulauan Riau dan melayani penerbangan domestik dan internasional. Dengan landasan pacu sepanjang 4.025 meter dan lebar 45 meter, bandar udara ini dapat melayani pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747.
Tidak hanya itu, Pelabuhan Internasional Batam Centre juga menjadi salah satu fasilitas penting di pulau ini. Pelabuhan ini adalah pelabuhan penumpang terbesar di Kepulauan Riau yang melayani pelayaran antara Batam dan Singapura serta Malaysia. Dengan kapasitas penumpang sekitar 2 juta orang, pelabuhan ini menjadi gerbang penting bagi perdagangan dan pariwisata di kawasan ini.
Dengan perkembangan pesatnya, Batam telah menjadi pusat industri dan perdagangan yang penting di Indonesia. Pulau ini menawarkan peluang besar bagi para pengusaha dan investor untuk berinvestasi dan berbisnis. Dengan infrastruktur modern dan fasilitas yang lengkap, Batam siap bersaing dengan kawasan serupa di Asia Pasifik.
Sejarah Batam yang panjang dan perjalanan yang menarik ini membuktikan bahwa pulau ini telah mengalami transformasi yang luar biasa. Dari sebuah pulau terpencil menjadi salah satu kota industri dan perdagangan terbesar di Indonesia, Batam terus berkembang dan memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi negara.